every mom is a truly giver

Apakah anda seorang “PemBEri” atau seorang “PeNgambil”? – by Bo Sanchez

APAKAH ANDA SEORANG PEMBERI

ATAU SEORANG PENGAMBIL?

by : Bo Sanchez

============================================================

Dia tidak waras.

Ketika saya masih seorang remaja berkotbah di berbagai persekutuan doa kecil di seluruh negeri, saya pasti melihat wanita ini menyelinap memasuki ruangan – berusaha keras untuk menutupi wajahnya – membawa sebuah tape recorder raksasa dalam sebuah kantong plastik putih di pundaknya.

Dan seperti jam, sebelum saya turun dari mimbar, ia akan menyelinap keluar dan pergi dengan diam-diam, lenyap dalam keheningan.

Wanita ini akan selalu hadir dalam setiap kotbah saya.

Saya hanya dapat membayangkan kegilaan wanita ini. Jika ia tidak mendengarkan saya secara “live”, ia akan mendengarkan saya lewat kaset rekaman.

Seperti biasanya, ketika saya pulang, saya mengetuk pintu kamar ibu dan berkata, “Ibu, perlu berapa kali saya beritahu, berhenti lakukan itu! Ibu membuat saya malu!”

Ibu saya akan membuka pintu dan dengan tampang tak berdosa yang bisa membuatnya memenangkan Piala Oscar bertanya, “Hah? Apa yang sedang kau bicarakan?”

Tapi di belakanganya, saya bisa mendengar suara saya yang sedang diputar di tape recordernya.

“Ibu, engkau menjadi terlalu bangga,” saya berkata, “dan kebanggaan itu sama saja. Lihat kamarmu. Sudah seperti museum nasional dari kotbah-kotbah saya, artikel-artikel saya, foto-foto saya…”

Ibu berkata, “Bo, tidak tahukah kamu kalau Tuhan memberikan pada para ibu suatu pengecualian untuk aturan itu? Para ibu dapat menjadi sangat bangga akan anak-anaknya.”

“Di mana ibu membaca itu? Konsili Vatikan III?”

“Sekarang pergilah. Ibu sibuk,” katanya.

Tak bisa diragukan. Ibu saya adalah Pendiri, Pimpinan, dan Direktur Utama dari Bo Fans Club Internasional.

Hari ini, pada usianya yang ke-84, ia belum berubah juga.

Setiap Minggu, saya berkotbah tiga kali dalam acara Feast: pukul 8 pagi, 10:30 pagi, dan pukul 1 siang.

Percayakah Anda? Ia menghadiri ketiga sesi itu dan mendengarkan saya berkotbah setiap kali pertemuan. Tidak puas dengan itu, sebelum meninggalkan rumah, ia akan terlebih dulu menonton saya berkotbah pada pukul enam pagi di TV5.

Dan dari Senin hingga Sabtu, ia bangun sangat pagi hanya untuk mendengarkan kotbah saya lewat Radio Veritas pada pukul lima pagi.

Dan di tengah minggu, ia akan meminta kakak saya untuk memasang internet agar ia dapat menonton saya lewat website saya.

Ibu mencintai saya. Tidak perlu diragukan.

Saya juga ingat akan satu hal tentang dirinya…

PARA IBU ADALAH PEMBERI

Kami adalah keluarga besar. Enam anak.

Dan setiap kali ada acara ulang tahun atau peristiwa khusus lainnya, kami selalu disediakan ayam goreng.

Seperti semua anak, kami akan bertengkar untuk paha ayam. Karena ayam – untuk alasan tertentu – hanya mempunyai dua kaki.

Selama tahun-tahun kami beranjak dewasa, saya selalu berpikir kalau bagian favorit ibu dari ayam adalah leher. Karena setiap kali kami membuat ayam goreng, ia memilih bagian leher.

Belakangan, saya sadar ia memilih bagian itu karena tak ada yang menginginkan bagian tersebut.

Mengapa? Karena ibu saya adalah seorang pemberi.

Saya kira kebanyakan ibu adalah pemberi. Mereka lebih memilih kelaparan selama anak-anaknya bisa makan.

Saya mencintai ibu saya. Sungguh.

Tapi saya sudah pasrah pada kenyataan yang tak dapat dipungkiri ini – bahwa saya tidak akan pernah mencintai ibu saya melebihi ibu mencintai saya. Itu tidak mungkin. Ia begitu mencintai saya. Hati saya dipenuhi oleh cinta pada hari ini karena Ibu dan Ayah mencintai saya.

Saya menjadi diri saya hari ini karena cinta tersebut.

Saya ulangi: Saya rasa kebanyakan ibu adalah pemberi.

Isteri saya juga seorang pemberi.

Ya, ia adalah Pendiri, Ketua, dan Direktur Utama dari Benedict dan Francis Fans Club Internasional – dua anak kami.

Ketika Bene masih balita, ia menggambar sebuah garis pertama kalinya.

Isteri saya menjerit, hampir dengan linangan air mata, “Bo, lihat anak kita! Ia mampu menggambar sebuah garis! Sebuah garis!”

Itulah peran dari seorang ibu dan ayah – untuk meneguhkan, untuk menginspirasi, untuk mencintai.

Saat ini, isteri saya mengajar anak-anak di rumah (homeshcooling).

Tidak mudah. Saya sangat bangga dengan isteri saya. Ia memberi 100% dirinya ketika ia mengajar anak-anak kami di rumah. Setiap pagi, ia bangun pagi untuk menyiapkan bahan pelajaran – untuk kedua anak kami!

Ia akan memilih kegiatan, menyiapkan kertas ulangan, dan menggambar grafik untuk mereka. Ia akan mengeluarkan perlengkapan yang dibutuhkan – crayon, gunting, lilin, lem… Setiap hari, ia akan mengajar anak-anak kami dari pukul 8 pagi hingga pukul 3 siang.

Tak perlu diragukan. Isteri saya adalah seorang pemberi.

Saya ulangi: Saya percaya kebanyakan Ibu adalah pemberi.

Ketika mereka tidak menjadi pemberi, hal-hal buruk terjadi.

MENGAPA BANYAK ORANG MENGALAMI BANYAK MASALAH

Saya berpikir semua ibu dan ayah adalah pemberi. Tidak benar.

Bagaimana saya mengetahuinya?

Dalam pelayanan saya selama 30 tahun, saya telah bertemu orang-orang yang mempunyai begitu banyak beban emosional, begitu banyak luka dan kebencian dalam hati mereka, sehingga mereka telah membuat pilihan yang salah dalam hidup mereka. Sebagai akibatnya, mereka mempunyai masalah-masalah yang sangat besar. Mereka mengalami keterikatan.

Mereka mempunyai relasi yang betul-betul buruk.

Dan selama bertahun-tahun, saya telah menemukan satu persamaan di antara kebanyakan dari mereka: Orang tua mereka bukanlah pemberi.

Mereka adalah pengambil.

Ibu atau ayah mereka adalah orang-orang egois – hanya memikirkan diri mereka sendiri, berteriak terhadap anak-anak mereka, memukuli mereka, melecehkan mereka dengan kata-kata kasar, atau mengabaikan mereka.

Ketika anak-anak ini menjadi dewasa, mereka membuat pilihan yang salah dalam hidup, karena mereka begitu haus akan cinta – mereka tidak mempunyai rasa percaya diri, dan tidak mempunyai rasa damai.

Kadang-kadang, masalahnya bukanlah soal keegoisan. Hanya ketidaktahuan.

“Sebagai seorang anak,” kata teman saya, “ibu memberikan saya pada kakaknya. Seakan saya seekor anak anjing.” Kebanyakan dari orang- orang ini, sekarang menjadi dewasa, masih bertanya-tanya mengapa mereka diberikan pada orang lain. Mereka mempunyai sebuah lubang besar dalam hati mereka yang sangat ingin mereka penuhi.

Teman, jika orang tua Anda bukanlah pemberi, datanglah pada Tuhan.

Tuhan adalah pemberi terbesar.

Karena Tuhan begitu mengasihi dunia sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal.

Ya, Tuhan adalah Pendiri, Ketua, dan Direktur Utama dari Fans Club Internasional Anda. Ia memperhatikan setiap langkah Anda, mendengarkan setiap kata yang Anda ucapkan. Ia sangat mengasihi Anda.

Dan Ia ingin Anda menjadi seorang pemberi juga.

GAYA HIDUP MEMBERI

Apakah Anda ingin menerima sesuatu?

Sukacita yang lebih lagi? Kebijaksanaan yang lebih lagi? Lebih banyak teman lagi? Lebih banyak uang lagi?

Inilah yang Anda lakukan: Berikan pada orang lain hal yang sama persis seperti yang ingin Anda terima.

Karena begitulah cara kerja alam semesta.

Apapun yang Anda berikan, Anda terima.

Ambil contoh soal kebijaksanaan.

Saya memberi kebijaksanaan kepada orang-orang. Saya telah menulis 14 buku selama ini. (Omong-omong, saya akan meluncurkan buku ke-15 yang berjudul, Don’t Worry, Be Happy.)

Tapi di antara penulis dan pembaca, siapa yang mendapat lebih banyak kebijaksanaan? Pembaca membaca buku itu sekali. Tapi penulis menulis ulang bukunya sepuluh kali. Tebak siapa yang lebih ingat akan kebenaran-kebenarannya? Ya, saya memberi kebijaksanaan. Tapi saya mendapat sepuluh kali dari kebijaksanaan yang saya berikan.

Atau tentang kebahagiaan.

Siapa orang yang paling bahagia di dunia? Mereka yang mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain.

Begitulah cara Tuhan membuat dunia. Kita menerima apa yang kita berikan.

Bahkan uang.

KETIKA TUHAN MEMBERKATI PERPULUHAN KITA

Kemarin pada pertemuan kami, saya meminta Randy Borromeo menceritakan kisahnya kepada kami. Randy adalah pengkotbah dalam acara Feast kami dan ia bertanggungjawab dalam pelayanan media kami.

Seperti saya, Randy memberi hidupnya pada Tuhan ketika ia berumur 12 tahun.

Ia menceritakan bagaimana sebagai seorang anak, ia mulai perpuluhan atau memberi 10% dari uang jajannya kepada Tuhan.

Ketika ia remaja, ia mengalami hidup yang sulit. Ia mempunyai 9 saudara. Dan suatu hari, pembantunya Esther berkata, “Randy, tak ada makanan di rumah.”

Randy mengatakan padanya, “Berdoalah pada Tuhan. Ia akan menyediakan.”

Maka Esther berdoa, “Tuhan, beri kami empat makanan!”

Randy sangat terkejut. “Esther, mengapa engkau meminta empat makanan? Satu sudah cukup!” Ia membalikkan badan dan berdoa, “Tuhan, sebaiknya Engkau menjawab doanya. Saya tidak ingin kami kehilangan muka.”

Beberapa menit kemudian, seseorang membunyikan bel pintu.

Randy membuka pagar dan melihat seorang wanita membawa sebuah baki penuh makanan. Ia adalah Nyonya Cabigao, tetangga mereka. “Hari ini adalah ulang tahun saya! Saya harap engkau dapat menikmati makanan ini…”

Randy menghitung dengan cepat makanan yang ada di baki. Ada empat macam makanan!

Saat seluruh keluarga berkumpul di meja makan, masih terpesona akan berkat Tuhan, bel pintu berbunyi lagi. Ketika mereka membuka pintu pagar, Nyonya Cabigao lagi, kali ini membawa es krim untuk setiap orang. Tuhan memberi lebih dari yang mereka minta.

Randy berkata, “Sekalipun hidup sangat sulit, saya tetap memberi perpuluhan. Karena saya melihat bahwa Tuhan tidak mungkin tidak memberi.” Dan hampir 30 tahun kemudian, ia tetap memberi perpuluhan.

Apapun yang ia beri, Tuhan memberi kembali padanya berlipat-lipat ganda.

Saya akan ceritakan satu kisah terakhir pada Anda.

JADILAH SEORANG PEMBERI HINGGA AKHIR

Suatu hari, seorang wanita sekarat karena penyakit kanker.

Beberapa hari lagi, ia akan merayakan ulang tahunnya. Dan jauh dalam lubuk hatinya, ia tahu itu adalah ulang tahun terakhir yang akan pernah ia alami. Tapi tak ada kepahitan atau kesedihan.

Maka ia memanggil semua teman dekatnya dan mengundang mereka semua ke sebuah pesta. Ia mengatakan yang sebenarnya pada mereka: “Sebaiknya kamu datang,” katanya, “karena saya rasa ini akan menjadi pesta ulang tahun terakhir saya.”

Teman-temannya datang dan mereka banyak tertawa bersama.

Sehabis makan, ia mengajak mereka semua ke ruang duduk.

Ia menatap mereka dan berkata, “Selama bertahun-tahun, saya berada dalam tahap mengumpulkan dalam hidup saya. Hari ini, saya tidak lagi dalam tahap itu. Saya sekarang berada dalam tahap penyerahan. Karena saya akan segera meninggalkan dunia ini, saya tidak lagi membutuhkan hal-hal material. Saya hanya mempunyai satu kebutuhan dalam hidup saya sekarang. Saya butuh untuk mencintai. Saya butuh mencintai kalian. Jadi sebelum kalian pulang, ijinkan saya untuk mencintai kalian…”

Kemudian ia menyebarkan barang-barang berharganya di meja – sebuah cangkir favorit, sebuah teko yang cantik, sebuah saputangan, sebuah jaket, sebuah arloji, beberapa perhiasan…

Ia berkata pada teman-temannya, “Silahkan bawa satu hadiah yang kalian butuhkan. Saya tidak lagi membutuhkannya. Karena itu setiap kali kalian memakainya, memegangnya, atau melihatnya, Anda akan ingat bahwa saya mencintai kalian. Itu akan menjadi hubungan kita.”

Banyak air mata yang tumpah dalam pesta itu. Tapi juga banyak suara tawa.

Enam minggu kemudian, wanita ini pergi ke Surga.

Ia adalah seorang wanita yang bijak.

Ia memberi hingga nafas terakhir hidupnya.

Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez

Source : (taken from “Bahasa Kasih”)
:: The courtesy of LaNeY KhU™
This entry was posted in do you Know??. Bookmark the permalink.

1,382 Responses to every mom is a truly giver

  1. Pingback: bojonegoro

  2. Pingback: purworejo

  3. Pingback: obat

  4. Pingback: nanah

  5. Pingback: obat daging tumbuh di batang penis

  6. Pingback: zakar

  7. Pingback: di

  8. Pingback: pengobatan

  9. Pingback: kutil

  10. Pingback: pengobatan

  11. Pingback: jati

  12. Pingback: you

  13. Pingback: Obat Asam Urat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *