Aku adalah sebuah ranting. Aku tidak tahu ranting apakah aku ini. Aku begitu kurus dan lemah. Seluruh tubuhku penuh penyakit. Aku tidak dirawat, aku dibiarkan bertumbuh liar. Sinar matahari yang terik membuatku kepanasan, aku haus tapi tidak menemukan air. Sebentar lagi aku pasti mati. Adakah orang yang mau menolongku?
Hari demi hari terus berlalu. Ranting ini keadaannya semakin buruk. Ia ingin menyerah dalam hidupnya. Namun tiba-tiba ada seorang penolong yang memindahkannya pada sebuah pokok. Ranting ini berpikir pastilah orang tersebut memotongnya dan membuangnya ke dalam api.
Tapi lihatlah, ternyata aku dicangkokkan pada sebuah pokok. Kelihatannya pokok ini sehat dan kuat. Tapi apakah aku bisa hidup dalam keadaan sekarat? Awalnya aku tidak mengerti, tapi aku percaya pada penolong ini.
Satu bulan berlalu… Keadaan ranting ini mulai menunjukkan hasilnya. Tubuhnya lebih bersih dan sehat. Rantingpun berterima kasih pada penolong itu.
Sekarang aku telah sehat, dedaunan banyak tumbuh di tubuhku. Aku bangga sekali melihat diriku. Setiap hari aku diberi pupuk, disirami air. Aku benar-benar sehat berada pada pokok ini.
Tapi, mengapa penolong itu membuang daun-daunku? Bukankah mereka itu indah dan segar? Aku tidak mengerti.
Eh… lihatlah tetanggaku, mereka menghasilkan sesuatu. Bukankah itu yang namanya buah? Alangkah cantiknya buah-buah itu. Bagaimana rasa buah itu yah? Mengapa aku tidak seperti mereka? Tubuhku hanya dedaunan saja dan belum berbuah. Apa yang salah yah? Coba aku tanyakan pada tetanggaku.
“Hai sobat, engkau kelihatan indah sekali. Tubuhmu segar dan sehat, dan engkau telah berbuah. Apa sih rahasianya?”
“Sobatku, bersabarlah! Akan ada masanya engkau pun berbuah seperti diriku. Aku bisa berbuah bukanlah karena kemampuanku sendiri, tapi karena aku bergantung pada pokok ini dan penolong itu. Merekalah yang telah membuatku berbuah-buah. Sebelum aku berbuah, berkali-kali dedaunanku dipotong. Awalnya aku tidak mengerti. Namun sekarang lihatlah hasilnya. Luar biasa bukan?
Percayalah pada penolong itu. Ia akan terus merawatmu dan mengusahakan agar engkau berbuah, asal engkau tetap tinggal pada pokok ini. Biarkanlah ia membersihkan dirimu dalam masanya, sehingga engkaupun akan berbuah sesuai waktunya.
Oya, satu hal lagi. Janganlah engkau seperti yang lainnya, mereka tidak menghasilkan buahnya pada waktunya dan akhirnya mereka harus ditebang dan dibuang ke dalam api.
Dan yang perlu kau ingat, hasil buahmu bukanlah untuk dirimu sendiri, tetapi harus bisa dinikmati olah orang lain. Merekalah yang dapat merasakan apakah buahmu manis atau asam, baik atau buruk. Dan janganlah engkau membanggakan dirimu sendiri, tapi ingatlah bahwa pokok dan penolong itulah yang telah banyak membuatmu berbuah.”
“Terima kasih sobatku, engkau telah membuatku mengerti. Sekarang aku tidak perlu kuatir lagi untuk dibersihkan. Aku mau tetap tinggal pada pokok ini dan terus menghasilkan buah pada musimnya.”
Amin (Yohanes 15).
Pingback: agen obat kencing nanah nganjuk
Pingback: kencing
Pingback: obat
Pingback: nanah
Pingback: kantong
Pingback: Tradisional
Pingback: kemayoran
Pingback: di
Pingback: di
Pingback: pasar
Pingback: my
Pingback: and
Pingback: Obat Asam Urat